Teten Minta Pengrajin Songket Jangan Tergantung Bahan Baku Impor

    37
    PALEMBANG (Bisnisjakarta)-
    Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menginginkan, agar para pelaku UKM yang memproduksi kain tenun dan songket di Palembang, Sumsel, khususnya jangan terlalu tergantung pada bahan baku impor. "Saya mendapati ternyata bahan baku untuk tenun dan songket 60-70 persennya masih impor,” kata Teten saat berdialog dengan pemilik Fikri Collection di Palembang, Jumat (8/11).

    Material seperti benang emas yang menjadi elemen penting dalam songket sebagian besar masih diimpor dari Thailand dan China. Oleh karena itu, Teten mengusulkan dan mengupayakan jalan keluar dengan beberapa langkah yang telah dilakukan misalnya di Mongolia dimana ada UKM di negara itu yang membudidayakan ulat sutera dengan memberinya makanan berupa tanaman jenis tertentu sehingga mampu menghasilkan kokon berwarna emas. Hal seperti itu, kata dia, dapat direplikasikan di Indonesia sehingga konten lokal untuk bahan baku songket dan tenun dapat diperbesar.

    Teten menegaskan, akan membangun iklim usaha yang kondusif bagi para pelaku UKM di tanah air sehingga ketika iklim produksi sudah terbentuk dengan baik pengembangannya bisa semakin mudah dan cepat.

    Baca Juga :   Rotasi Antarmatra Panglima TNI harus Dilanjutkan

    Pada kesempatan itu, ia berdialog dengan pemilik galeri songket Fikri yang memulai usahanya sejak 1997 dan mencari tahu kendala yang dihadapi di lapangan.

    Fikri mengajak Teten untuk melihat langsung produksi songket di galerinya yang kerap kali memakan waktu hingga tiga bulan untuk selembar kain.

    Salah satu songket andalan Fikri adalah motif Naga Besaung yang cirinya adalah memuat banyak unsur warna emas dipadupadankan dengan warna-warna lembut seperi biru langit atau abu muda. “Ini terinspirasi dari budaya masa lalu karena Palembang juga banyak pengaruhnya dari budaya Tionghoa,” kata Fikri.

    Selain Naga Besaung ada pula motif cantik manis, yang tidak terlalu ramai, tidak terlalu banyak benang emas, biasa di pakai dalam kesempatan acara yang tidak terlalu formal. “Biasa dipakai di acara adat Palembang atau Medan,” lanjut Fikri.

    Harga selembar songket di galeri Fikri beragam ada yang Rp500.000, Rp1,5 juta, Rp35 juta, bahkan Rp75 juta yang proses pembuatannya sama sekali tidak menggunakan mesin, karenanya untuk satu pasang songket yang terdiri dari satu helai selendang dan bawahan, waktu pembuatannya bisa sampai tiga bulan. (son)