Institut Otomotif Indonesia (IOI) memastikan tidak terlibat dalam pembuatan konsep desain dan keputusan rencana produksi Asean Car, karena ini domainnya pemerintah (G to G). "IOI bersama Kementerian Perindustrian melakukan pengembangan SDM sektor industri dan IKM otomotif serta Green Fuel atau bahan bakar bersih,) kata Presiden IOI I Made Dana Tangkas di Jakarta, Selasa (1/10).
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo dan PM Mahatir Mohammad melontarkan gagasan untuk membuat Asean Car, sebuah kendaraan mobil yang diproduksi oleh negara-negara di Asean dan dipasarkan di negara-negara Asean.
Menurut Dana, Memorandum of Understanding (MoU) antara IOI dan Malaysia Automotive, Robotics, and Internet of Things (MARii) yang sebelumnya dikenal dengan nama Malaysia Automotive Institute (MAI) berfokus pada kerjasama pengembangan sumber daya manusia (SDM) industri otomotif di Asean, Industri Kecil dan Menengah ( IKM ) di masing-masing Negara dan business matching, pengembangan standar dan peraturan mengenai produk dan komponen otomotif, serta kerjasama penelitian dalam pengembangan Peta Jalan industro Otomotif.
IOI sebagai salah satu organisasi independen dan non profit yang bergerak dalam bidang pengembangan industri otomotif di Indonesia dan regional Asean serta global, dalam aktivitasnya melakukan pengembangan SDM industri otomotif melalui pembuatan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI).
Ke depannya, kata Dana, IOI akan terus mengembangkan ekosistem industri otomotif di Indonesia agar lebih mandiri, berkeadilan dan berkelanjutan. "Targetnya adalah Indonesia memiliki SDM yang unggul kompeten dan profesional, dan IKM sektor otomotif yang memiliki daya saing tinggi di level regional maupun global," ungkap insinyur jebolan ITB ini.
Selain itu, jelas Dana, IOI mendorong penggunaan bahan bakar yang bersih dalam rangka mendukung program langit biru dan mencegah pemanasan global, termasuk mendukung percepatan pengembangan Kendaraan Bermotor Listrik (KBL) di Indonesia.
Menurut Dana, pemerintah sendiri sedang menyiapkan fasilitas insentif fiskal dan infrastruktur dalam upaya mengakselerasi program tersebut. Pengembangan kendaraan listrik sebagai salah satu komitmen pemerintah dalam upaya menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (CO2) sebesar 29 persen pada tahun 2030 sekaligus menjaga ketahanan energi, khususnya di sektor transportasi darat. “Jadi, tren global untuk kendaraan masa depan adalah yang hemat energi dan ramah lingkungan,” tuturnya.
Selain itu, kata Dana, dapat mengurangi ketergantungan pada energi fosil. "Kendaraan listrik dapat mengurangi pemakaian Bahan Bakar Minyak (BBM), serta mengurangi ketergantungan pada impor BBM yang berpotensi menghemat devisa kurang lebih Rp798 triliun,” imbuhnya.
Dana mengatakan, targetnya pada tahun 2025, populasi mobil listrik diperkirakan tembus 20 persen atau sekitar 400.000 unit dari 2 juta mobil yang diproduksi di dalam negeri. "Jadi, langkah strategis sudah disiapkan secara bertahap, sehingga kita bisa melompat untuk menuju produksi mobil atau sepeda motor listrik yang berdaya saing di pasar domestik maupun ekspor,” tuturnya. Hal ini juga sejalan dengan implementasi program prioritas Making Indonesia 4.0. (son)